kemanakah bahasa cintamu kau arahkan?
langit masih nampak sama dari kemarin tidak berubah kecuali
kawanan awan yang melukis langit dengan warna abu-abu
kota ini pun tak banyak berubah, sejak petamakali kita bertemu
di pagi hari saat angin lembut sepoi-sepoi
kau katakan itu adalah desau angin pertama yang menelusuri kota ribuan sungai ini
dan aku pun hanya dapat mengangguk, padahal sedikit tak setuju
sekelompok ilalang mengiyakan anggukanku, nampaknya hanya mereka yang melihat
bukankah itu sesuatu yang tidak biasa?
kemudian, beberapa bulan yang lalu kau potret alam,
dan kau merindukan sesuatu
yang aku tak dapat bayangkan apa, tapi kau isyaratkan untukku berdiam di ujungnya
sungguh, kau menggantungkan apapun sesuka angin bergoyang dan kau memang menawan
sunggingan kelopak genjer ungu memujiku
akankah kau sampaikan sinyal itu? ia mengujiku
ternyata
lagi-lagi aku terpesona oleh senyuman gingsulmu dan terhanyut di dalamnya
tapi aku tak ingin sama dengan benda-benda yang bergoyang-goyang pasrah di air sungai itu
dan aku mulai tunjukkan asaku, pada layar kaca yang tak seseorangpun tahu kecuali aku melaporkannya
kau pun tahu kelemahanku dan kau bidik layar itu
kemudian 'the end'
bunga dandelion masih setia menunggu
di ujung kota ia bernyanyi
yang jika kau dengar pilunya menebar rasa cinta yang kau nanti
di ujung hari saat langit masih berwarna biru atau jingga yang menanti
surgamu atau janjimu yang tak tertepati
pukul 10 di pagi hari,
2011 di bulan 11 di hari yang ke-18
0 komentar: