taman bunga, pantai, cakrawala dan istana kristalku

Posted by :

nadeshiko

Date:

Jumat, 06 Januari 2012

seperti ada sebuah lubang


rasanya baru sesaat semi itu bermekaran di pekarangan kita
kamu dan mereka
dan sekarang musim panas mulai terasa menyengat hingga ujung relung-relung
pasir pantai dan riak gelombang pasang surut dan menekan bibir pantai hingga
bungkam dan terkikis

erosi hati
melanda telinga wajah dan bibir

mata mulai tak saling pandang dan terbuanglah
semuanya seperti seonggok rumput di ujung pekarangan
bisu dan mengering

hanya dapat ungkapkan lewat sederatan huruf yang tak dimengerti sebagian banyak nyawa
yang hidup

atau hanya aku yang tak dapat sinyal-sinyal itu
seperti berdiam di pulau kecil di tengah samudra biru
atau hijau cobalt?
sulit menerka antara keduanya

semacam karang-karang terjal dan berlubang-lubang
pemandangan yang biasa dilihat oleh mata telanjang di bibir pantai

...tapi ada yang mulai ganjil terasa
apa yang kurang?

sepanjang mata memandang biru mulai terkuak

semasa dalam laju jarum jam yang saling berlawanan...

Tuhan Semesta Alam
membukakan tabir pertamanya...

ya, di pantai ini hanya ada pasir dan kita
dan biru sejauh mata memandang
tak ada riak ombak tak ada guyuran gelombang

tak ada air yang menyentuh kaki tak ada mentari yang menyengat kulit

seakan sebuah prisai dan tembok kau berdiri di depanku

aku hanya dapat pandangi langit yang biru dan ujung cakrawala

tak dapat sentuh riak ombakmu dan tak dapat rasakan gelombangmu

----

di depanku terpajang prisai-prisai yang siap menurunkan tabir-tabirnya jika suasana tak aman mulai menyerang
ya, begitulah, si mungil dan si cerewet ini
sebenarnya tidak seterbuka yang kau kira dan juga tak sedalam itu juga keterbukaannya

ia hanya hidup diantara keduanya itu saling menjalin dan mencoba keluar dari sarangnya yang nyaman dan aman

masih seperti di dalam kepompong, ia masih ulat yang berwarna hijau,

maish belum tersentuh oleh kelamnya dunia

seperti bayi yang baru saja dilahirkan dan terkejut dengan dunia yang begitu menakutkan sehingga sulur-sulurnya mulai menyelubunginya lagi... ia hidup tapi seakan tak hidup ia dapat bergerak tapi enggan untuk bergerak
dan begitu rapuhnya ia sampai ia tak mau lagi terluka, kulit-kulit tipisnya sangat lunak. Ia begitu lembut hingga setiap geraknya harus kau bopong, ia begitu ringkih dan halus,,, begitu kau mulai lukai ia akan terluka sangat terluka, tak ada tangis yang keluar ia sudah terbiasa dan akhirnya ia akan berjalan lagi ke dalam kepompongnya yang hangat dan nyaman...

kepolosan tu kadang begitu menyakitkan di dunia manusia ini, saat ini...

sebenarnya ia hanya ingin dicintai... ia tidak begitu mengerti apa arti cinta itu sesungguhnya... ia hanya terus memberikan cinta sebanyak banyaknya sebesar semangatnya dan selembut hatinya yang sebenarnya sangat keras ditempa oleh kehidupan yang menyayatinya sejak ia keluar selangkah dari cangkangnya

karena ia begitu polos dan naif
akhirnya ia baru tersadar, kalau ia terluka, sebenarnya... tak ada yang menyayanginya dengan tulus
bahkan belaian induknya pun lebih kepada saudara-saudaranya yang lain...

karena ia begitu kuat dan selalu bisa diandalkan di dalam sarangnya

atau mungkin juga karena ia begitu disayangi oleh ayahandanya...

sebenarnya... ia tak begitu mengerti,,,,

sebenarnya hanya cermin,,, kamuflase yang dibingkai indah dalam taman bunga,,,

dan ketika ia sadar ia tahu ia tersungkur terjengkal terjatuh dalam jurang yang sangat dalam.....

dingin dan beku...

ia sampai tak bisa membedakan ini panas karena matahari atau karena ia telah lama membeku

hanya sedikit yang dapat menyentuhkan kehangatan untuknya

sehingga ia begitu bersyukur dan mencintai sangat banyak,, ia menerobos lautannya yang mulai mengkristal ia berenang dengan kekuatan penuh mengajakmu menuju sarang cintanya di atas sana di atas danaunya yang aman,,,

---


dan sekarang ia ada di ujung pantai. ironisnya ia hanya dapat pandangi, tanpa dapat menyentuh airnya. bukan karena ia tak mau. tapi, ia tak mampu ke sana. tak diberikan hak untuk menyentuhkan kehangatan jemarinya yang mungil di pelabuhanmu, wahai dewi yang tersayang...

0 komentar:

Copyright © 2012 amai no sekai | Sankarea Theme|Powered byBlogger | Designed by Johanes DJ